stikesmuhmanado.ac.id – Dengan membaca penjelasan ini, diharapkan Anda bisa lebih memahami bahwa roti dapat dibuat dengan memanfaatkan mikroba.

Apakah Anda mengetahui bahwa roti dapat dibuat dengan memanfaatkan mikroba? Sebenarnya tidak hanya makanan berbahan tepung saja yang menggunakan makhluk kecil ini dalam pembuatanya. 

Sejak ribuan tahun lalu, manusia telah menggunakan berbagai jenis mikroorganisme untuk memproduksi minuman anggur, yogurt, sampai keju. Kalau di indonesia, kita mengenal tempe yang memanfaatkan fungi atau jamur.

Tentu saja mikroba yang digunakan dalam makanan-makanan di atas bukanlah yang jahat karena semua itu akan dikonsumsi oleh manusia. Selain meningkatkan rasa, metode dengan mikroba juga dianggap sebagai pengawet alami dari makanan.

Hal ini karena proses tersebut akan menurunkan kesempatan bagi mikroba-mikroba yang merugikan tubuh manusia untuk bisa tumbuh.

Hal ini menunjukkan bahwa manusia terus berkembang sejak zaman dahulu kala, sehingga mereka bisa menemukan proses-proses pengolahan makanan yang ajaib seperti ini. Entah siapa yang pertamakali menggunakan ragi untuk mengolah terigu menjadi roti.

Benarkah Roti dapat Dibuat dengan Memanfaatkan Mikroba?

Dalam produksinya, roti dapat dibuat dengan memanfaatkan mikroba jenis saccharomyces cerevisiae yang biasa kita temui dalam ragi. Para produsen mencampurkan ragi tersebut dengan telur, tepung terigu, air, dan bahan-bahan lainnya.

Mikroba dalam ragi tersebut akan ‘memakan’ gula yang ditambahkan maupun gula yang ada di tepung terigu itu. Kemudahan, mikroba yang dimaksud akan memecah gula-gula tersebut, membuat mereka jadi tumbuh. Dalam proses pertumbuhan itu, akan ada karbon dioksida yang dikeluarkan. 

Inilah yang membuat roti mengembang dan bagian dalamnya jadi banyak rongga. Karbon dioksida tersebut tidak bisa serta merta keluar karena adonan dari roti tersebut lengket.

Setelah itu, roti tersebut dipanggang dalam waktu tertentu, membuat para mikroba di dalamnya mati dan membuat roti tersebut berhenti mengembang.

Penjelasan Mengenai Ragi

Setelah memahami bahwa roti dapat dibuat dengan memanfaatkan mikroba, mari kita memahami ragi yang mengandung mikroba Saccharomyces Cerevisiae. 

Sebenarnya, mikroba tersebut adalah termasuk golongan fungi yang terdiri dari sel tunggal, sehingga hanya bisa dilihat lewat mikroskop. Dibutuhkan 20 milyar mikroba ini untuk membuat satu gram ragi.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, mikroba tersebut memerlukan makanan untuk tumbuh dan mereka mengkonsumsi gula dalam adonan roti.

Ada beberapa jenis ragi yang ada di pasaran. Yakni yang digunakan untuk membuat minuman bir dan tentu saja yang dipakai untuk memproduksi makanan.

Sementara itu, ragi untuk makanan sendiri ada dua jenis, yakni yang basah dan kering. Untuk yang basah biasanya berbentuk kotak kecil dan mempunyai kelembaban tujuh puluh persen, sehingga gampang hancur.

Untuk ragi kering juga ada dua, yakni yang aktif dan instan. Perbedaannya sebenarnya hanya dari butiran-butirannya. Ragi aktif punya butiran-butiran yang lebih besar, sementara yang instan lebih halus. 

Kenapa disebut instan? Karena Anda bisa menambahkannya langsung ke bahan-bahan yang digunakan. Di sisi lain ragi aktif harus ditambahkan dengan air terlebih dahulu. Untuk mengaktifkan mikroba dalam ragi aktif, dibutuhkan air hangat terlebih dahulu.

Ragi instan punya kemampuan yang lebih cepat mengembangkan adonan, dan mengandung bahan tambahan sekaligus enzim yang akan membantu proses pengembangan tersebut. Bahkan, ragi jenis ini bisa mengembangkan adonan dengan kecepatan dua kali lipat daripada ragi aktif.

Kesimpulan 

Ternyata benar roti dapat dibuat dengan memanfaatkan mikroba. Tanpa adanya mikroorganisme tersebut, maka makanan dari tepung terigu tersebut tidak akan bisa mengembang seperti yang kita biasa temui. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan bisa lepas dari mikroorganisme dalam berbagai bidang.